Book Review : Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
"Senakal-nakalnya anak geng motor, Lia,
mereka shalat pada waktu ujian praktek Agama."
―Dilan
―Dilan
Novel Dilan bagian ke dua ini, masih sama bercerita tentang Dilan dan Milea, jika buku yang pertama bercerita tentang pendekatan maka disini Milea bercerita tentang masa berpacarannya dengan Dilan. Berjumlah 344 halaman dan 24 bab, tidak beda jauh dengan novel yang pertama, dengan penulis dan ilustrator masih di pegang oleh Ayah Piqi Baiq.
Aku selesai membaca hanya dalam waktu satu hari, karena hari itu hari libur dan tidak ada kegiatan sama sekali. Patut diakui Dilan#2 ini memang sangat menarik untuk dibaca, ceritanya menjadi lebih gelap dari yang pertama, lebih gelap dalam artian lebih serius. Jika buku yang pertama bisa membuat kita senyum-senyum sendiri, maka di buku kedua ini kita bisa kesel-kesel sendiri. Ada pepatah bilang kalau masa-masa PDKT itu adalah masa-masa paling indah, pepatah itu memang cocok untuk buku Dilan#2 ini. Milea serasa ingin memiliki Dilan sepenuhnya, wajar sih karena mereka sudah sah berpacaran dan masa abg itu emosinya masih labil. Dilan sendiri orangnya bebas, ia kadang lebih mementingkan emosi di banding berpikir dulu sebelum bertindak, namanya juga panglima tempur.
Untuk masalah tulisan, masih sama dengan yang pertama, baku nan kaku. Di beberapa bab masih di selipi berbagai ilutrasi, kata-kata maut dan rayuan Dilan juga masih ada tapi tidak sederas yang pertama, yang membuat buku kedua ini lebih serius. Aku sendiri sempat kaget dengan beberapa perubahan karakter Dilan, ia terlihat seperti melemah dan melemah, mungkin karena ada beberapa bab yang fokus ke karakter pembantu membuat Dilan semakin tidak menonjol. Dan untuk Milea, entahlah, aku merasa ia seperti gadis perempuan pada umumnya, lebih mementingkan perasaan, ia disini terlihat lebih banyak menangis, kesel sendiri sih bacanya.
Well, tidak banyak yang bisa di bahas dalam buku ini takut spoiler dan mengurangi kenyamanan saat membaca, namun aku suka ending buku Dilan#2 ini, tidak terlalu dipaksakan namun juga tidak terlalu dilebihkah, simpel nan elegan. Endingnya dewasa banget, mungkin dari kalian banyak yang kecewa, tapi menurutku pribadi aku suka endingnya menyiratkan makna banget.
Overall, buku Dilan#2 ini masih layak untuk dibaca, jika kamu sudah membaca yang pertama maka wajib baca yang ke dua, dijamin terbawa emosi.
(3,5/5)
Leave a Comment